Tuesday, January 06, 2009

Teror di Mumbai

Pada akhir Nopember lalu, tepatnya tanggal 26 – 29 Nopember 2008, sebuah tragedi kemanusiaan kembali mengguncang dunia. 10 orang teroris melakukan penyerangan dan pembunuhan secara membabi buta di Mumbai, ibu kota negara bagian Maharashtra di India bagian barat. Hotel, rumah sakit, kafe, tempat ibadah dan stasiun kereta api menjadi target aksi teror. Lebih dari 170 orang terbunuh dan lebih dari 300 lainnya terluka. Bukan hanya warga India yang menjadi korban, tapi warga negara asing yang sedang menikmati keindahan kota Mumbai juga menjadi korban tindakan brutal ini. Tercatat ada 22 orang warga negara asing, terutama dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, yang menjadi korban kejahataan kemanusiaan yang terjadi di Mumbai, kota yang manjadi urat nadi perekonomian India.

Selain korban yang meninggal dan terluka, Menteri Dalam Negeri India dan Menteri Besar (Chief Minister) negara bagian Maharashtra harus rela mundur dari jabatan yang mereka emban sebagai bagian dari tanggung jawab moral meraka atas kejadian yang memilukan ini.

Dari 10 teroris, hanya satu yang selamat dan ditangkap oleh pemerintah India. Diketahui bahwa pelaku teror yang tertangkap berkewarganegaraan Pakistan dan karenanya pemerintah India menuduh adanya campur tangan pemerintah Pakistan di balik aksi teror Mumbai kali ini. Pemerintah Pakistan menolak tuduhan ini tetapi dengan adanya bukti kontak komunikasi antara para teroris dengan seseorang di Pakistan pada saat terjadinya aksi teror memperkuat dugaan adanya keterlibatan orang/kelompok di luar India dalam eksekusi aksi teror di Mumbai.

Tudingan terhadap Al-Qaida-pun langsung muncul karena kemiripan sasaran aksi teror: orang asing dan pusat perekonomian. Tetapi dari hasil penyelidikan terakhir, ditemukan indikasi kuat bahwa Lashkar-e-Tayyeba (LeT), sebuah organisasi Islam garis keras di Pakistan yang oleh mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf dibubarkan dan namanya dimasukkan dalam daftar hitam organisasi teroris dunia, menjadi dalang dibalik aksi teror di Mumbai. Melalui organisasi baru bernama Jamiat-u-Da’wah, para anggota LeT bermetamorfosis dan giat menyebarkan ideologinya melalui kegiatan-kegiatan kemanusiaan sehingga menuai simpati dan dukungan yang kuat dari masyarakat Muslim. Danapun mengalir dengan mudah ke nomor rekening bank organisasi ini yang kemudian didistribusikan dan digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah dipersiapkan untuk membantu dan menolong orang-orang Muslim. Dana-dana kegiatan kemanusiaan inilah yang kemudian diduga kuat menjadi sumber dana pelaksanaan aksi terorisme, termasuk aksi teror di Mumbai, India.

Ketika tulisan ini dibuat, proses penyelidikan terhadap pelaku aksi teror Mumbai masih berlangsung dan akan membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk benar-benar bisa menyingkap siapa dalang dibalik aksi kejahatan kemanusiaan ini. Tulisan singkat ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang muncul pasca aksi teror Mumbai. Beberapa pertanyaan ini adalah: apa motivasi para pelaku teror di Mumbai? Apa akibat dari serangan teror ini terhadap India khususnya dan Asia Selatan umumnya? Bagaimana kita harus menyikapi aksi teror ini dan persiapan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi kemungkinan adanya aksi serupa di kemudian hari?

Terorisme bukanlah hal yang asing di Asia Selatan. Semenjak anak benua ini terbagi menjadi beberapa negara pasca Perang Dunia Kedua dengan suku, budaya, agama, ideology politik, tingkat ekonomi yang beragam, terorisme menjadi bagian tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan negara bangsa di Asia Selatan. Macan Tamil di Sri Lanka, Maoist di Nepal dan India, Khalistan di India, Al-Qaida dan Taleban di Afghanistan, Harkat-ul-Jihad (HuJi) di Bangladesh, Jammu Kashmir Liberation Front (JKLF) di India, LeT di Pakistan adalah beberapa kelompok yang mendasarkan agama, ideologi politik, etnisitas dan status ekonomi sebagai dasar “perjuangan” melawan status quo. Dan perjuangan inilah yang kemudian melahirkan berbagai bentuk aksi teror dengan korban yang ribuan, atau mungkin jutaan, jumlahnya.

Tetapi, ada satu hal yang unik mengenai terorisme di Asia Selatan. Bila Macan Tamil (LTTE) di Sri Lanka sempat melibatkan India dan memakan korban Rajiv Gandhi, seorang PM India, tetapi kemudian, hingga sekarang, menjadi terlokalisasi di Sri Lanka, kegiatan terorisme JKLF, LeT ataupun HuJi masih melibatkan beberapa negara seperti Pakistan, India dan Bangladesh.

Terkait teror di Mumbai, Pemerintah India dan Pakistan dihadapkan pada situasi untuk segera mampu menjinakkan/menghilangkan ancaman terorisme yang terus menhantui para penduduk di dua negara nuklir di Asia Selatan yang mempunyai sejarah hubungan bilateral yang kelam. Belum terselesaikannya sengketa wilayah Kashmir hingga saat ini menjadi titik permasalahan bilateral kedua negara. Empat perang telah dijalani oleh India dan Pakistan untuk memperebutkan Kashmir sejak tahun 1947, terakhir adalah perang Kargil pada tahun 1999. Usaha-usaha diplomasi untuk menyelesaikan masalah Kashmir sudah banyak dilakukan oleh India dan Pakistan tetapi hingga saat ini belum ada kata sepakat untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah berumur lebih dari enam dekade.

Setiap kali muncul capain-capaian positif untuk menyelesaikan masalah Kashmir, pada saat yang sama muncul gangguan-gangguan yang berusaha menggagalkan capaian-capaian positif yang telah dirumuskan secara susah payah, termasuk aksi terorisme di Mumbai kali ini.

Meskipun dalam beberapa bulan terakhir terjadi letupan domestik di Kashmir karena masalah komunal Hindu – Muslim, tetapi secara umum suasana di Kashmir masih menunjukkan adanya keadaan kondusif untuk menuju Kashmir yang lebih baik. Hubungan diplomatis yang telah dibuka kembali oleh kedua negara setelah perang Kargil telah membawa angin perubahan hubungan India – Pakistan, terutama terkait masalah Kashmir. Kesepakatan untuk membuka jalur bis yang menghubungkan Kashmir yang dikuasai Pakistan dan Kashmir yang dikuasai India sebagai usaha normalisasi hubungan kedua wilayah yang dipersengketakan, pemberian kemudahan pergerakan antar penduduk di kedua wilayah dan niat baik kedua pemimpin India dan Pakistan untuk menyelesaikan masalah Kashmir seolah menjadi tidak ada artinya dengan terjadinya teror di Mumbai. Para teroris berhasil mencapai tujuan mereka untuk mengganggu perbaikan hubungan bilateral India dan Pakistan.

India menyalahkan Pakistan karena tidak sungguh-sungguh memerangi terorisme sementara Pakistan menolak dianggap sebagai pelindung pelaku teror dengan melakukan penangkapan terhadap beberapa tokoh Islam garis keras dan penyerangan terhadap kantong-kantong teroris di Pakistan. Tetapi keputusan Pakistan untuk tidak menyerahkan/menangkap orang-orang yang masuk dalam daftar hitam teroris yang dibuat Pemerintah India dengan dalih bahwa Pakistan akan mengadili sendiri para pelaku teror seakan memperkuat anggapan ketidaksungguhan Pakistan dalam perang melawan teror.

Pranab Mukherjee, Menteri Pertahanan India, menyatakan bahwa India tetap membuka semua pilihan yang ada untuk menghancurkan teroris. Namun begitu, hingga saat ini pemerintah India tidak bertindak gegabah dengan serta merta melakukan serangan udara terhadap kantong-kantong teroris di Pakistan seperti yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat pasca peristiwa teroris 9/11 ke Afghanistan bukan berarti menurunkan ketegangan diantara kedua negara nuklir Asia Selatan. India masih memberikan kesempatan kepada Pakistan untuk membuktikan kesungguhannya dalam memerangi terorisme.

Kemungkinan India melakukan serangan terhadap kantong-kantong teroris di Pakistan tetap ada bila Pakistan tidak melakukan tindakan yang signifikan untuk memerangi teroris..

Keadaan ini seolah menunjukkan keberhasilan tindakan para pelaku teror Mumbai untuk mengganggu stabilitas kawasan, terutama terkait hubungan bilateral India – Pakistan. Sejarah kelam hubungan bilateral kedua negara yang tengah menuju perbaikan seakan menjadi terpuruk kembali karena ulah para teroris ini.

Demokrasi Sebagai Alternatif


Asia Selatan adalah wilayah yang penuh dengan dinamika. Kekayaan budaya, bahasa, agama, suku bangsa dan ideologi memberikan pengaruh yang kuat terhadap dinamika kawasan Asia Selatan dan demokrasi telah memberikan kesempatan kepada perbedaan yang ada ini untuk bertumbuh kembang. India adalah negara demokrasi terbesar di dunia dan mempunyai posisi penting di Asia Selatan. Begitu juga dengan Pakistan. Posisi strategis Pakistan yang berada di ujung pintu masuk kawasan kaya minyak di Asia Barat seakan memberikan kesempatan yang menjanjikan bagi Pakistan untuk bisa memainkan peranan penting di kancah dunia internasional. Penciptaan stabilitas politik domestik melalui proses demokratisasi akan membantu Pakistan dalam memainkan peranan ini.

Sejarah kelam pengalaman demokrasi di Pakistan saat ini sedang diuji kembali dengan terpilihnya Asif Zardari sebagai Presiden Pakistan setelah partai politik yang dipimpinnya mendapatkan dukungan suara terbanyak dalam pemilu bulan Pebruari lalu. Sebagai Presiden yang dipilih secara populer, Zardari mempunyai kesempatan yang besar untuk membawa perubahan di Pakistan. Militer Pakistan yang begitu berkuasa harus bisa dikontrol sebagaimana terjadi di India.

Selama sejarah berdirinya, militer India selalu berada dibawah kontrol sipil dan bersikap netral dalam proses politik yang ada. Keadaan di India ini telah membantu proses demokratisasi di India dan sikap yang dipilih India dalam menghadapi krisis yang saat ini tengah berlangsung. Keputusan PM India Manmohan Singh untuk merombak sistem pertahanan anti teror dalam 100 hari dengan membentuk sebuah badan koordinasi anti teror adalah sebuah langkah positif yang bisa membantu persiapan India dalam menghadapi kemungkinan serangan terorisme di masa yang akan datang. Kegagalan intelejen dalam mendeteksi ancaman teror Mumbai dikarenakan minimnya koordinasi antar agen penegak hukum di India sehingga informasi ancaman teror yang telah didapat tidak dapat ditindaklanjuti. Sebuah sistem intelijen dan keamanan yang terkoordinasi akan bisa membantu mencegah terjadinya serangan teroris serupa.

Selain itu, peningkatan kapasitas para penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam masalah terorisme, akan bisa mendukung keksuksesan sistem yang dibentuk. Dan satu hal yang penting untuk ditekankan disini adalah peranan masyarakat dan media di dalam menyikapi ancaman teror.

Salah satu penyebab keberhasilan teroris menyandera India selama lebih kurang 60 jam adalah karena adanya peran media yang tidak mampu melakukan self-censorship. Siaran langsung drama terorisme dan usaha penangkalannya oleh penegak keamanan India telah memungkinkan dalang teror Mumbai memberikan instruksi kepada anak buahnya melalui jaringan komunikasi yang tersedia. Self-censorship akan menjadikan pelaku media lebih bertanggungg jawab di dalam memainkan peranannya dalam menangkal terorisme.

Reportase ekslusif yang dilakukan oleh media di Indonesia beberapa waktu lalu kepada para tertuduh bom Bali sebelum pelaksaan eksekusi juga sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap sikap khalayak atas ’jihad’ yang dilakukan Amrozi dan kawan-kawan. Sebagai korban terorisme, Indonesia juga harus bisa melakukan hal yang sama untuk mencegah terjadinya serangan terorisme di masa yang akan datang.

Sebagai penutup, terorisme adalah masalah global yang saat ini dihadapi oleh semua negara. Peristiwa Mumbai akhir bulan lalu seakan membuka mata dunia bahwa terorisme bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Diperlukan usaha strategis bersama dari semua elemen masyarakat untuk bisa mengalahkan terorisme. Langkah-langkah politis, diplomatis dan strategis harus digunakan dengan tepat untuk menyikapi efek dari sebuah serangan teror. Tragedi Mumbai harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk tetap berkepala dingin dan memperhitungkan semua respon yang diambil untuk menghindari kemungkinan munculnya efek negatif seperti yang diharapkan oleh para pelaku teror.

Sikap India untuk mencari langkah-langkah diplomatis dalam menyelesaikan masalah teror Mumbai harus didukung oleh semua pihak, terutama pemerintah Pakistan dengan merealisasikan janjinya untuk memerangi terorisme di Asia Selatan dan memperbaiki hubungan bilateral India – Pakistan.

Your Ad Here

2 Komentar:

Anonymous jasa ekspedisi Berkata...

mampir nich dari jaksel...

9:04 PM  
Anonymous Dastel Berkata...

wah bisa terjadi perang antara kedua negara tuh

Kumpulan artikel ilmiah

12:10 AM  

Post a Comment


Your Ad Here

Your Ad Here


Kembali Depan