Sunday, December 10, 2006

Pengalaman India dengan Demokrasi dan Kelaparan

Dalam tulisannya, Laporan Dari India: Maju Setelah Melucuti “Model Nehru” (Kompas, Rabu, 6 Desember 2006), Simon Saragih menggambarkan dan mengkritisi pengaruh kebijakan ekonomi Model Nehru terhadap perkembangan ekonomi India.

Menurut Saragih, sistem ekonomi Model Nehru yang mengandalkan peran perusahaan negara dan menolak peran pemodal asing serta kontrol ketat pemerintah terhadap peran swasta domestik yang dianut India sejak merdeka tahun 1947 hingga tahun 1991 ini tidak bisa memperbaiki keadaan ekonomi India secara menyeluruh. Sebaliknya, model ini telah memberikan kemandegan perkembangan ekonomi India.

Sebagai bukti dituliskan di dalam artikel, “Salah satu dampak negatif model itu adalah munculnya masalah birokrasi. Proses perizinan menjadi sumber rezeki. Muncul sikap pejabat yang pilih kasih. Akibatnya, pembangunan ekonomi telantar dan taruhannya adalah nasib ratusan juta warga.”

Saya setuju dengan observasi ini. Memang benar bahwa selama kurang lebih 44 tahun India menganut sistem ekonomi model Nehru, rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi India tidak lebih dari 4 persen tiap tahunnya, satu angka pertumbuhan yang cukup memprihatinkan bagi sebuah negara besar yang sedang berkembang seperti India.

Setelah terjadi perubahan kebijakan ekonomi pada tahun 1991 dimana India mengalihkan pola pembangunan ekonomi berdasarkan kekuatan pasar dan sentuhan investasi asing, pertumbuhan ekonominya meloncat tajam, sekitar 6.2 persen hingga tahun 2004 dan India menempati posisi keempat dunia dalam hal pertumbuhan ekonomin dibawah Cina, Vietnam dan Mozambique. Lebih menakjubkan lagi, untuk sepuluh tahun kedepan, India menargetkan tingkat pertumbuhan ekonomi diatas 8 persen.

Namun, bukan ini sebenarnya yang menggelitik saya untuk menulis artikel ini. Sebagai pemerhati masalah India, saya tertarik untuk menyikapi salah satu bagian diakhir tulisan Simon Saragih yang berbunyi “kecuali perkembangan teknologi industri dan Bollywood yang mendunia dan menjadi buah bibir, kegiatan ekonomi India selama menganut model Nehru adalah kegiatan ekonomi tanpa jiwa yang diiringi dengan sejarah kelaparan massal dan perang dengan negara tetangga.”

Benar bahwa perkembangan teknologi industri India dan industri perfilman Bollywood patut diacungi jempol. Perang dengan dua negara tetangganya, Cina dan Pakistan, juga benar telah mewarnai sejarah India merdeka. Tetapi mengatakan bahwa selama India merdeka telah terjadi kelaparan massal adalah sebuah pernyataan yang menarik untuk dikritisi.

Benarkah bahwa setelah India “bangun dari tidur yang panjang untuk menyambut janji atas takdir mereka” telah terjadi bencana kelaparan massal karena sistem ekonomi Model Nehru?

Mengutip tulisan dibuku Prof. Amartya Sen, seorang ekonom India peraih Hadiah Nobel bidang ekonomi, yang berjudul “Democracy as Freedom”, bahwa “selama sejarah India merdeka, ketika demokrasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tata kehidupan masyarakat, tidak pernah terjadi bencana kelaparan besar di India.”

Tetapi sebaliknya, ketika selama 90 tahun India berada dibawah kekuasan Kerajaan Inggris (Victoria/Edward VII/George V/George VI – 1857 – 1947), terdapat kurang lebih 30 kali peristiwa bencana kelaparan massal yang menimpa India. Bencana besar kelaparan yang terakhir terjadi dimasa itu adalah pada tahun 1943 di daerah Benggala, Orissa dan Mysore yang dikenal dengan sebutan “Bengal Famine”. Lebih kurang lima juta rakyat India meninggal karena kelaparan. Dan bahwa sebenarnya bencana kelaparan ini adalah akibat ulah manusia semata dan bisa dihindari adalah satu hal yang menyedihkan.

Lebih lanjut Sen menjelaskan bahwa karena India menganut tata kehidupan demokrasi maka ancaman bencana kelaparan massal seperti yang terjadi dimasa pemerintah kolonial Inggris bisa dihindarkan. Karena pemerintah didalam sebuah demokrasi “harus memenangkan pemilu dan menghadapi kritik dan tekanan dari publik, dan pemerintah yang seperti ini mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat untuk menghindari bencana kelaparan dan bencana lainnya.”

Jadi meskipun benar bahwa di India semuanya tidak indah seperti didalam film-film Bollywood dan bahwa sebagian besar rakyat India masih hidup di bawah norma-norma ekonomi yang standar tetapi apabila dikatakan bahwa bencana kelaparan massal telah menjadi bagian integral sejarah India yang merdeka adalah satu hal yang tidak sepenuhnya benar.

Disisi lain, seorang ilmuwan politik asal India yang mengajar di Universitas Oslo bernama Dan Banik mengatakan bahwa di India telah terjadi insiden-insiden yang berhubungan dengan krisis makanan dalam skala besar. Meskipun hal ini tidak serta merta mengakibatkan bencana kelaparan massal, tetapi keadaan ini telah mengakibatkan banyak rakyat yang meninggal karena lapar. Mungkin ini yang mendasari klaim Simon Saragih bahwa kelaparan massal telah terjadi di India yang merdeka.

Tanpa memungkiri terjadinya insiden rakyat India yang mati karena kelaparan, tidaklah benar sepenuhnya apabila kemudian dikatakan bahwa kelaparan massal menjadi bagian integral sejarah India dikarenakan oleh sistem ekonomi Model Nehru.

Lebih lanjut, mengacu kepada pendapat Amarty Sen, sistem demokrasi yang dianut India telah membantu pemerintah India menghindari bencana kelaparan massal. Tekanan dan kritik dari publik atas kebijakan pemerintah didalam sebuah demokrasi menjadi pengontrol yang baik atas kebijakan-kebijakan pemerintah.

Meskipun teori yang menghubungkan antara demokrasi dan kelaparan ini banyak menuai kritik dan bahwa demokrasi di India masih termasuk didalam kategori “flawed democracy”, tetapi kenyataan sejarah India yang berhasil menghindari bahaya kelaparan massal sebagaimana terjadi dimasa pemerintahan kolonial Inggris bisa kita jadikan sebagai sebuah pertimbangan. Lebih dari itu, pengalaman India ini juga juga bisa menjadi contoh bagi negara-negara demokrasi baru seperti Indonesia untuk lebih bisa memanfaatkan demokrasi demi kepentingan rakyat banyak.

Your Ad Here

0 Komentar:

Post a Comment


Your Ad Here

Your Ad Here


Kembali Depan