Wednesday, August 09, 2006

Moralitas atas Korban Konflik di Lebanon

Dalam Tajuk Rencananya hari ini, Rabu, 9 Agustus 2006, harian Kompas mengambil judul “Hezbollah Mengundang Kekaguman”. Dituliskan disitu bahwa meskipun Lebanon dan Hezbollah sudah sejak tanggal 12 Juli lalu digempur dengan hebat oleh mesin perang Israel yang ultramodern tetapi sampai hari ini, Hezbollah belum bisa dikalahkan. Dengan kemampuan dan semangat juang yang dimilikinya serta persenjataan dan taktik perang yang digunakannya, Hezbollah seolah mampu mengimbangi gempuran Israel. Ini semua telah mengundang kekaguman berbagai kalangan, baik dari sekutunya maupun dari lawannya sendiri, Israel.

Tetapi dengan jumlah korban rakyat sipil di Lebanon yang semakin meningkat oleh serangan udara Israel, serta korban rakyat sipil di Israel oleh serangan roket-roket Hizbollah, dunia menjadi semakin khawatir bahwa apabila tidak ada solusi yang cepat untuk menyelesaikan konflik ini, maka akan lebih banyak lagi nyawa-nyawa tak berdosa yang harus menjadi korban. Dan semakin sulit bagi kita untuk membedakan siapa yang salah dan siapa yang benar ditengah konflik yang terus memanas ini. Petualangan militer yang dilakukan oleh Hezbollah dengan menculik dua orang tentara Israel untuk ditukar dengan tahanan Lebanon yang dikurung oleh Israel telah mengakibatkan serangan yang membabi buta ke Lebanon oleh Tentara Pertahanan Israel (IDF). Israel telah membalas tindakan teror yang dilakukan Hezbollah ini dengan sangat berlebihan.

Dalih Israel melakukan agresi militer ke Lebanon sebagai usaha untuk menghancurkan Hezbollah demi keamanan Israel, tidak bisa diterima begitu saja. Haruskah kita membunuh, kemudian menghancurkan seluruh harta benda serta tempat tinggal tetangga dan orang yang, katakanlah, menampar atau mencubit pipi kita? Agresi militer Israel ke Lebanon saat ini seolah menjadi ilustrasi nyata atas peryataan diatas.

Bagaimanakah kita harus menyikapi secara moral peperangan yang saat ini terjadi di Lebanon? Meskipun penyerangan Hezbollah, organisasi perlawanan di Lebanon, ke wilayah Israel adalah sah dengan dasar bahwa Israel telah mengokupasi wilayah Lebanon selatan, tetapi apabila kita telah mengutuk keras operasi militer Israel di Lebanon yang telah membunuh ratusan rakyat sipil disana sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab, adakah kemudian pembenaran moral atas tindakan balasan Hezbollah yang meluncurkan roket-roketnya ke kota-kota Israel yang telah juga membunuh rakyat sipil Israel?

Membunuh rakyat tak berdosa adalah tujuan dari tindakan terorisme. Perang asimetris dengan target rakyat sipil seperti ini, memberikan rasa puas kepada para pelaku teror. Mereka merasa bahwa tujuannya telah tercapai. Begitu juga halnya dengan tindakan pembalasan. Tindakan balasan Hezbollah dengan peluncuran roket-roketnya ke Israel seolah memberikan rasa kepuasan tersendiri bagi kelompok ini. Sementara itu, Israel juga merasa puas telah membombardir Lebanon demi usahanya menghancurkan Hezbollah.

Dalam konflik Lebanon saat ini, kita harus ingat bahwa konflik ini melibatkan dua entitas yang berbeda: sebuah negara dengan kekuatan militer tangguh, Israel, dan sebuah gerakan perlawanan, Hezbollah, yang mempunyai semangat juang tinggi dan taktik perang yang lihai. Keduanya mempunyai dasar berbeda didalam peperangan ini. Sebagai negara, Israel merasa terancam keamanannya oleh teror Hezbollah, sementara Hezbollah melancarkan teror ke Israel sebagai usaha untuk membebaskan Lebanon dan rakyat Lebanon yang ditahan Israel.

Karena posisi Hezbollah sebagai “kelompok perjuangan” inilah yang seolah telah mengesahkan tindakan teror yang dilakukannya terhadap Israel, negara yang melakukan okupasi. Lebih-lebih tindakan balasan membabi buta Israel ke Lebanon. Dukungan moral semakin mengalir ke Hezbollah dan Lebanon. Sebaliknya, Israel terus menerima kecaman dari dunia internasional atas tindakan militernya di Lebanon yang tidak bertanggung jawab ini.

Pada akhirnya, apapun alasan yang diberikan oleh Israel untuk melakukan agresi militer ke Lebanon adalah hak Israel sebagai sebuah negara dan Israel harus menerima semua resiko, baik jangka pendek maupun panjang, atas kebijakan agresifnysa ini. Pada saat yang sama, Hezbollah sebagai sebuah kelompok perlawanan di Lebanon juga mempunyai hak serupa untuk membebaskan hak milik Lebanon yang diambil paksa oleh Israel. Akan tetapi apa yang dilakukan oleh Hezbollah saat ini tidak serta merta membebaskan Hezbollah dari tanggung jawab moral atas kematian rakyat sipil. Hezbollah juga mempunyai tanggung jawab moral yang sama dengan Israel atas kematian orang-orang sipil didalam konflik yang tak kunjung selesai ini.

Your Ad Here

2 Komentar:

Anonymous Anonymous Berkata...

That's a great story. Waiting for more. Compactflash usb 2.0 Gucci replica handbag Print more spend less link directory - digital photography Bilstein saab Didrex personal experiences Allegra 24 sale Human demodex eczema Fall and winter maternity clothes order levitra mail order mcse training centers Bling teeth a professional teeth whitening product By meridia online Boy killed paintballing Sexy adult lingerie

6:42 AM  
Anonymous Anonymous Berkata...

What a great site » »

11:31 PM  

Post a Comment


Your Ad Here

Your Ad Here


Kembali Depan