Thursday, November 09, 2006

Akhir Perjanjian Nuklir India - AS?

Akhirnya, hasil yang selama ini ditunggu keluar: Partai Demokrat menang telak didalam pemilu pertengahan waktu (midterm elections) Kongress Amerika Serikat minggu ini. Mulai Januari 2007 nanti, Partai Demokrat akan mendominasi Kongress AS setelah jangka waktu yang cukup panjang, 12 tahun. Komposisi baru Senat AS yang beranggotakan 100 orang akan menjadi 51 untuk Partai Demokrat dan 49 untuk Partai Republik. Di Dewan Perwakilan, dari 435 kursi yang diperebutkan, Partai Demokrat juga akan mendominasi dengan prediksi 232 kursi untuk Partai Demokrat dan 203 kursi untuk Partai Republik.

Pemilu kali ini menjadi sebuah referendum untuk Presiden Bush. Presentase kehadiran pemilih yang biasanya sedikit didalam pemilu seperti ini berubah total. Para pemilih datang berbondong-bondong untuk melaksanakan hak pilihnya dan menolak tegas Presiden Bush. Oleh karenanya, pasca pemilu kali ini semuanya terasa berbeda bagi Presiden Bush: Partai Republik tidak lagi menjadi kekuatan dominan baik di Dewan Perwakilan maupun di Senat. Dan dengan perubahan komposisi di Kongress ini adalah suatu kewajaran apabila mulai 2007 nanti akan terjadi perubahan kebijakan luar negeri AS.

Mulai dari perang di Iraq, perang melawan terorisme, masalah nuklir Korea Utara hingga kebijakan AS terhadap Cina, kekalahan Partai Republik kali ini mempunyai arti yang berbeda-beda. Menurut para pengamat politik internasional, kekalahan ini berarti akan terciptanya pendekatan penyelesaian kemelut perang di Iraq dalam waktu yang tidak lama lagi. Publik di Amerika Serikat sudah semakin tidak sabar dan mereka menginginkan adanya perubahan dan penyelesaian masalah Iraq sesegera mungkin.

Menurut Bantarto Bandoro dari CSIS di Jakarta, kekalahan ini juga berarti akan terjadinya perubahan pendekatan dalam penyelesaian masalah nuklir Korea Utara dan perang melawan terorisme. Apabila selama ini pendekatan yang diambil oleh Partai Republik adalah konfrontasi dan penggunaan kekerasan, kemenangan Partai Demokrat akan membuka jalan penggunaan dialog dan pendekatan-pendekatan damai lainnya sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.

Sebaliknya, menurut David Zweig dari Pusat Hubungan Transnasional Cina di Hong Kong, kekalahan Partai Republik ini berarti melemahnya pengaruh eksekutif dan eksekutif yang lemah juga berarti akan melemahnya kebijakan AS terhadap Cina. Sebab menurut Zweig, hubungan AS – Cina akan berjalan lebih baik apabila eksekutifnya kuat. Eksekutif yang lemah hanya akan memberikan dampak negatif atas hubungan AS – Cina.

Prediksi dan analisa diatas hanyalah prediksi jangka panjang. Meskipun mulai Januari 2007 nanti komposisi Kongress AS berubah, perubahan kebijakan nasional, baik dalam maupun luar negeri, tidak mungkin terjadi dalam semalam. Meskipun Partai Demokrat mendominasi Kongress AS yang baru, mereka harus ekstra hati-hati dan tidak tergesa-gesa didalam menentukan kebijakan-kebijakan baru semata-mata untuk segera memuaskan para pemilih yang telah menolak Presiden Bush. Akan tetapi, ada satu kebijakan yang harus segera diputuskan dalam waktu dekat ini apabila AS tetap ingin mengembangkan pengaruhnya di Asia, terutama di Asia Selatan. Kebijakan ini berhubungan dengan masa depan perjanjian nuklir India – AS yang telah disetujui pada bulan Juli 2005 dan resmi ditandatangani oleh Presiden Bush dan PM Singh di New Dehli pada Maret tahun ini.

Akankah susunan Kongress AS yang baru berarti akhir dari perjanjian nuklir India – AS? Atau sebaliknya, mendukung dan meloloskannya demi kepentingan AS di Asia Selatan?

Selama 16 bulan terakhir, penjanjian nuklir India – AS telah sukses melewati berbagai tahapan legislatif yang ketat di AS. Dalam perkembangan terakhir, RUU tentang pernjanjian nuklir India – AS telah disetujui oleh Dewan Perwakilan AS pada bulan Juli lalu dan selanjutnya harus melewati tiga tahapan lagi untuk bisa disahkan menjadi sebuah UU yang bisa ditandatangi oleh presiden. Tiga tahapan ini adalah: pengambilan suara di Senat; pembenahan bahasa RUU sebagaimana yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan dan Senat; dan terakhir pengambilan suara di Kongress.

Dengan kemenangan mutlak Partai Demokrat minggu ini, dan kenyataan bahwa usaha pengambilan suara di Senat yang didominasi oleh Partai Republik telah dua kali gagal dilaksanakan, adalah satu hal yang wajar apabila kemudian muncul kekhawatiran di New Delhi terhadap masa depan perjanjian yang sangat bersejarah ini. Apabila New Delhi berharap RUU ini lolos, Presiden Bush dan Partai Republik harus bekerja ekstra keras untuk meyakinkan para anggota Senat didalam sesi “lame-duck” Kongress AS yang akan dimulai pertengahan bulan Nopember ini (13 Nopember 2006).

Tetapi dengan memperhatikan beberapa faktor berikut, rasa optimis yang muncul dikalangan para pengamat di India juga merupakan satu hal yang wajar.

Pertama, titik temu para pendukung perjanjian ini yang berasal dari kedua kubu, baik Demokrat maupun Republik, adalah keinginan bersama mereka untuk membangun kerjasama yang lebih dekat dengan India diawal abad ke-21. Oleh karenanya, meskipun sampai saat ini masih ada penentangan terhadap pernjanjian nuklir India – AS dari kelompok pendukung non-proliferasi nuklir di AS, tetapi mengingat pentingnya India bagi masa depan AS di Asia, para pembuat kebijakan di AS telah setuju untuk membuka pintu kerjasama nuklir dengan India yang selama ini telah menjadi pengganjal hubungan India – AS.

Kedua, meskipun Partai Demokrat berhasil mengambil alih kontrol atas Kongress dengan menggunakan sentimen anti-Bush dan bahwa para penentang utama perjanjian ini berasal dari Partai Demokrat, akan tetapi selama beberapa bulan terakhir ini telah muncul lebih dari 80 persen dukungan atas perjanjian ini yang berasal dari berbagai komite-komite di Kongress yang mana anggotanya bukan hanya berasal dari Partai Republik tatapi juga berasal dari Partai Demokrat. Tokoh-tokoh senior Partai Demokrat seperti Senator John Kerry dan anggota Kongress Tom Lantos telah menyatakan dukungan kuat mereka terhadap perjanjian ini. Lebih lanjut lagi, setelah perayaan kemenangan hari Selasa lalu, beberapa tokoh penting pembuat kebijakan dari Partai Demokrat telah menyatakan dukungan positif mereka terhadap pernjanjian ini.

Oleh karena itu adalah satu hal yang salah apabila menyatakan bahwa pernjanjian ini hanyalah ambisi Partai Republik semata.

Ketiga, jaminan Presiden Bush bahwa prioritas utama pertemuan Senat minggu depan adalah meloloskan RUU perjanjian nuklir India – AS. David C. Mulford, Dubes AS untuk India, membuat pernyataan senada di New Delhi hari Kamis lalu bahwa pemerintah Presiden Bush akan berusaha keras untuk meloloskan RUU ini minggu depan. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa meskipun isi pembahasan didalam Kongress sesi “lame-duck” nanti masih sangat sulit diprediksi dan RUU yang lain bisa menjadi prioritas utama, tetapi dengan memperhatikan dukungan bulat dari segala penjuru Senat terhadap perjanjian nuklir India – AS hingga saat ini, RUU ini akan lolos dengan suara mayoritas.

Namun begitu, sampai akhirnya keputusan diambil di Senat, harapan positif yang muncul dari faktor-faktor diatas akanlah tetap menjadi sebuah harapan. Dan apabila nantinya RUU ini gagal disetujui didalam sesi Kongress kali ini, New Delhi tidak seharusnya berputus asa.

Alasan pertama dan kedua tersebut diatas sudah cukup menjadi dasar bagi setiap pendukung perjanjian ini bahwa apabila Kongress AS yang baru nanti bertemu pada bulan Januari 2007, RUU tentang perjanjian nuklir India – AS akan mendapatkan tempat utama. Sebab inti utama dari perjanjian ini bukanlah kerjasama nuklir belaka tetapi penekanan terhadap pentingnya membangun kerjasama India – AS demi pengembangan pengaruh AS di Asia Selatan dimasa depan. Siapapun yang mendominasi Kongress AS, Partai Demokrat ataupun Partai Republik, India akan tetap mendapatkan tempat yang utama.

Sebagai penutup, Tom Lantos, anggota senior Partai Demokrat di Kongress pernah berkata, "Ini adalah harapan besar bagi saya bahwa kita bisa meloloskan RUU [mengenai perjanjian nuklir India – AS] di Dewan pada bulan Juli dan kemudian dengan dukungan dari Dewan ini kita bisa membuka sebuah era baru hubungan India – Amerika Serikat.”

Perjanjian nuklir India – AS tidak akan mati, hanya tertunda, mungkin.

Your Ad Here

0 Komentar:

Post a Comment


Your Ad Here

Your Ad Here


Kembali Depan