Friday, September 29, 2006

Mencari Kata Sepakat Hubungan Bilateral India – Pakistan

Dalam satu bulan terakhir, ada beberapa perkembangan menarik tentang hubungan bilateral dua negara nuklir di Asia Selatan, India dan Pakistan. Pertama, pertemuan penting anatara PM India Manmohan Singh dan Presiden Pakistan Jenderal Pervez Musharraf disela-sela Konferensi Gerakan Non-Blok yang baru saja digelar di Havana, Kuba. Kedua, peluncuran buku riwayat hidup Presiden Jenderal Musharraf minggu ini.

Pertemuan di Havana telah menimbulkan reaksi pro dan kontra di India. Partai-partai pendukung pemerintah UPA (United Progressive Alliance) yang saat ini tengah berkuasa di New Delhi rata-rata memberikan dukungan mereka terhadap keputusan-keputusan yang telah diambil didalam pertemuan ini. Suara sumbang yang sempat muncul dari partai pendukung koalisi UPA ini lebih cenderung sebagai sikap hati-hati atau kontrol terhadap kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan proses perdamaian antara India dan Pakistan, terutama yang berhubungan dengan rencana pembuatan sebuah mekanisme gabungan antara India dan Pakistan untuk melawan terorisme.

Suara sumbang juga muncul dari partai oposisi BJP (Bharatya Janata Party). Mantan PM A.B. Vajpayee mengatakan bahwa keputusan untuk membentuk sebuah mekanisme gabungan untuk melawan terorisme ini adalah sebuah keputusan yang tidak seharusnya diambil oleh pemerintah dan bahwa keputusan ini telah menjadikan India sebuah negara yang lemah dalam melawan terorisme. Pakistan yang selama ini dipercayai sebagai sumber dari semua serangan terorisme di India tidak seharusnya diajak untuk bekerjasama dalam membasmi terorisme. BJP beranggapan bahwa pemerintah UPA telah memperlemah posisi India didalam usahanya membasmi terorisme.

Suara-suara sumbang yang muncul ini segera dibantah tegas oleh PM Singh. Dalam sambutannya didalam pertemuan tahunan Partai Kongress belum lama ini di Nainital, PM Singh mengatakan bahwa rencana pembuatan mekanisme gabungan India dan Pakistan untuk melawan terorisme ini bukanlah pertanda bahwa India adalah negara yang lemah dalam menghadapi terorisme tetapi sebaliknya, hal ini merupakan sebuah usaha keras pemerintah India untuk melihat kesungguhan Pakistan didadalam memerangi terorisme.

Sikap tegas PM Singh ini seakan membungkam suara-suara sumbang yang mengkritisi hasil keputusan pertemuan di Havana. Lebih jauh lagi, sikap ini menunjukkan bahwa PM Singh adalah sebuah pribadi yang tegas dan berani mengambil resiko, seperti halnya ketika dia harus mengambil keputusan besar tentang kebijakan ekonomi India diawal tahun 1990an.

Selanjutnya, buku riwayat hidup Jenderal Pervez Musharraf yang baru saja diluncurkan juga memberikan warna lain dalam retorika hubungan India dan Pakistan. Sebab, ditengah hangatnya semangat baru hubungan India – Pakistan yang muncul di Havana, peluncuran buku yang berjudul In the Line of Fire ini seakan memberikan efek negatif atas semangat damai yang tercipta di Havana.

Beberapa hal yang sulit dicerna dan diterima oleh India yang terdapat didalam buku ini adalah tentang perang Kargil, tentang teknologi nuklir India, dan yang paling utama adalah tentang masalah terorisme. Jenderal Musharraf menganggap perang Kargil sebagai sebuah momen paling berharga dalam sejarah militer Pakistan. Sebaliknya, infiltrasi militer yang dilakukan oleh tentara Pakistan di wilayah sengketa Jammu dan Kashmir ini telah menjadi penghalang besar proses perdamaian India dan Pakistan. Hubungan bilateral kedua negara menjadi sangat dingin setelah tejadinya perang Kargil ini.

Klaim Jenderal Musharraf didalam bukunya bahwa teknologi nuklir India adalah imitasi atas program nuklir Pakistan yang dipelopori oleh ilmuwan Pakistan A.Q. Khan ditolak mentah-mentah oleh pemerintah India. Juru bicara Departemen Energi Atom India mengatakan bahwa program teknologi nuklir India adalah sebuah program yang dikembangkan secara mandiri tanpa campur tangan asing dan India adalah sebuah negara yang bertanggung jawab atas teknologi nuklirnya. India telah membangun sebuah pembangkit tenaga nuklir percobaan secara mandiri di Mumbai, Bhabha Atomic Research Center, sejak pertengahan tahun 1980an serta sebuah pembangkit tenaga nuklir yang lebih besar di Ratehalli, didekat Mysore di negara bagian Karnataka.

Akan tetapi, meskipun pembangkit tenaga nuklir ini dikembangkan secara mandiri, teknologi dan asal teknologi yang digunakan di pembangkit nuklir ‘mandiri’ India ini tidak diketahui oleh umum dan merupakan rahasia negara. Hal inilah yang mungkin mendasari klaim Jenderal Musharraf atas teknologi nuklir India.

Tentang masalah terorisme, Musharraf menuliskan bahwa Pakistan juga merupakan korban terorisme. Menanggapi pernyataan ini, sebuah jajak pendapat oleh koran nasional India, Hindustan Times, baru-baru ini menggambarkan bahwa mayoritas rakyat India tidak setuju dengan pernyataan Musharraf. Rakyat India percaya bahwa terorisme yang ada di India adalah kiriman Pakistan dan Pakistan bukanlah negara korban terorisme tetapi sebaliknya, Pakistan adalah negara sponsor terorisme. Masih didalam buku tersebut, Musharraf juga menuliskan bahwa orang yang dianggap teroris adalah seorang pejuang kemerdekaan bagi orang lain, sebuah penggambaran atau pengesahan tidak langsung atas pelaku teror di wilayah sengketa Jammu dan Kashmir.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dapat disimpulkan disini bahwa semangat baru hubungan bilateral India – Pakistan yang tercipta di Havana seakan menjadi mentah karena pernyataan-pernyataan yang terdapat didalam buku riwayat hidup Jenderal Musharraf yang baru saja diterbitkan. Oleh karenanya, rencana pembuatan mekanisme gabungan untuk membasmi terorisme yang menjadi satu isu penting untuk tercapainya perdamaian India – Pakistan akan sangat sulit untuk dicapai. Sebab meskipun kedua negara mengaku sebagai korban terorisme, tetapi definisi terorisme diantara mereka sangatlah berbeda. Definisi Pakistan bahwa “one man’s terrorist is another man’s freedom fighter” menjadi sebuah pengganjal besar terciptanya kata sepakat definisi tentang terorisme.

Definisi Pakistan ini sama halnya dengan definisi pejuang Afghanistan (mujahideen) oleh pemerintah Amerika Serikat. Presiden Reagen menganggap para mujahideen Afghanistan sebagai pejuang kemerdekaan yang harus didukung penuh. Sebaliknya, Presiden George W. Bush menganggap mereka sebagai kelompok teroris yang harus dibasmi secara tuntas.

Mengingat peliknya masalah terorisme saat ini dan pentingnya kata sepakat tentang terorisme, India dan Pakistan harus mampu mencapai titik temu yang bisa menjembatani perbedaan ini. Tanpa adanya kata sepakat dalam masalah ini maka perdamaian India dan Pakistan akan sulit dicapai dan tujuan pembentukan mekanisme gabungan untuk melawan terorisme yang telah direncanakan akan sia-sia dan tidak akan pernah tercapai.

Sebenarnya, apakah sulit bagi kedua negara untuk mengakui bahwa semua tindak pembunuhan, penyerangan ataupun penculikan terhadap rakyat biasa untuk mencapai tujuan-tujuan politis sebagai tindakan terorisme? Kemudian apakah ini juga merupakan hal yang sulit apabila definisi atas terorisme seperti ini dijadikan dasar utama kerjasama bilateral India dan Pakistan?

Apabila India dan Pakistan tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, maka semangat damai yang tercipta di Havana akan sia-sia belaka dan kesempatan untuk menciptakan perdamaian di Asia Selatan akan semakin sulit untuk dicapai. Ego pribadi dan kepentingan kelompok sesaat harus segera dihilangkan apabila kepentingan bersama menjadi tujuan utama. Saya yakin, sebagai negara yang mempunyai tradisi demokrasi yang telah mendarah daging, tidak sulit bagi India untuk menuju kepada kata sepakat. Akankah Pakistan, negara yang selalu dibawah kekuasaan militer, bisa melakukan hal serupa? Semuanya tergantung kepada sang Jenderal.

Your Ad Here

1 Komentar:

Anonymous Anonymous Berkata...

You could easily be making money online in the undercover world of [URL=http://www.www.blackhatmoneymaker.com]seo blackhat[/URL], You are far from alone if you haven’t heard of it before. Blackhat marketing uses little-known or little-understood avenues to produce an income online.

8:09 AM  

Post a Comment


Your Ad Here

Your Ad Here


Kembali Depan